Selasa, Wings Layani Manado-Naha
Thursday, 03 December 2009 09:40
Harga Tiket 350 Ribu
MANADO— Penerbangan perdana pesawat Wings Air, milik maskapai PT Lion Air dari Bandara Sam Ratulangi, Manado-Bandara Naha, Sangihe tinggal menunggu waktu. Berdasarkan rencana dari Lion Air, Wings Air akan terbang perdana dari Sam Ratulangi menuju Naha Selasa (8/12) pagi. District Manager Lion Air Manado Irwan mengatakan, Wings Air menggunakan pesawat jenis Dash 8, dengan kapasitas seat sebanyak 54. “Semua persiapan termasuk kru pesawat untuk jalur baru penerbangan ini telah dimantapkan,” ujar Irwan, kepada Manado Post kemarin.
Untuk selanjutnya, Wings Air akan mengadakan flight jalur Manado-Sangihe seminggu 4 kali , yakni Hari Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu. Dari Bandara Sam Ratulangi Manado menuju Naha, dimulai pukul 07.00 Wita. “Selain persiapan pesawat, penerbangan Lion Air ini akan surplus bagi penumpang,’’ujarnya.
Sedangkan untuk harga tiket pesawat, menurut Irwan, sekitar 350 ribu sampai 475 ribu rupiah.
Untuk penumpang yang memiliki tiket dan ingin menempuh perjalanan Manado-Naha, bisa menggunakan jasa penerbangan Lion Air ini.’’Karena kami sudah bekerjasama dengan pihak travel agent di Manado,” tegas Irwan. (sky/ham)
Jumat, 04 Desember 2009
Lion Air bidik rute Asia Timur
Jumat, 04/12/2009
Lion Air bidik rute Asia Timur
Armada berbadan lebar akan ditambah
JAKARTA: Maskapai Lion Air membidik rute ke Korea dan China yang akan diterbangi paling cepat Juni tahun depan dengan mengoperasikan pesawat berbadan lebar.
Direktur Umum PT Lion Mentari Airlines Edward Sirait mengatakan rencana itu merupakan bagian dari ekspansi penerbangan internasional ke negara-negara Timur Jauh. "Kami sedang pelajari ukuran pasar destinasi China dan Korea," katanya kemarin.
Menurut dia, sejumlah kota di negara Timur Jauh masuk dalam daftar rute yang akan diterbangi langsung oleh Lion Air, seperti Seoul, Korea Selatan, dan beberapa kota di China.
Maskapai swasta terbesar itu juga mempertimbangkan pemesanan pesawat berbadan lebar untuk mendukung ekspansi ke sejumlah negara di Timur Jauh. "Jenis pesawat bergantung pada pasarnya. Kami mempertimbangkan pesawat berkapasitas 300-an penumpang jika pesawat Boeing 747-400 yang sudah ada terlalu besar," ujarnya.
Lion Air telah mengoperasikan dua pesawat Boeing 747-400 untuk menerbangi rute Jakarta-Jeddah, Arab Saudi, dua kali per minggu mulai 7 November lalu. "Tingkat isian pesawat rute itu masih fluktuatif, baru akan meningkat pada Maret setelah prosesi haji selesai."
Edward mengatakan pihaknya belum menentukan jenis pesawat berbadan lebar yang akan dipesan karena kajian mengenai pembukaan rute baru ke Korea dan China belum tuntas.
Namun, dia tidak menolak ketika disebutkan pihaknya tertarik dengan pesawat Boeing 777-200ER dan Airbus A330-300. "Kami masih mempelajari pasarnya, saat ini belum sampai pada kesimpulan soal jenis pesawatnya," tegas Edward.
Pasar menjanjikan
Dia menilai penerbangan ke Timur Jauh masih menjanjikan karena pertumbuhan ekonomi di kawasan itu tetap tinggi meski krisis finansial melanda hampir semua negara.
Edward juga mengutarakan rencana menambah minimal satu pesawat berbadan lebar untuk mendukung operasional penerbangan rute Jakarta-Jeddah.
Rencananya, Lion Air akan menerbangi rute Jeddah tujuh kali per minggu dari saat ini hanya dua kali per minggu. Rencanya itu dimungkinkan karena izin rute (landing permit) dari Kerajaan Arab Saudi sebanyak ini tujuh kali per minggu.
Selain pebisnis, sasaran konsumen di rute ini termasuk umrah dan tenaga kerja Indonesia. "Memang kini cukup dengan dua pesawat tetapi lebih bagus ada tambahan satu pesawat lagi," katanya.
Dia mengungkapkan dua pesawat B747-400 untuk melayani rute Jakarta-Jeddah registrasi PK-LHF dan PK-LHG berkapasitas masing-masing 506 tempat duduk dengan komposisi 22 kelas bisnis dan 484 ekonomi.
Lion Air juga berencana membuka satu rute lagi ke negara di Timur Tengah, setelah penerbangan Jakarta-Jeddah berjalan sesuai dengan rencana. Rute baru itu diharapkan terwujud paling lambat dalam setahun ke depan.
"Pasar penerbangan di Timur Tengah sekurangnya hingga 7 tahun ke depan masih akan bergairah. Selain karena bisnis yang tumbuh, Timur Tengah juga merupakan hub [pengumpul/pusat penerbangan], jadi penumpang bisa dengan mudah melanjutkan perjalanan, misalnya ke Eropa," katanya belum lama ini.
Dia menuturkan Lion Air akan menambah armada pesawat untuk melayani rute baru tersebut.
"Pesawat jelas akan ditambah. Jumlahnya bergantung pada rute yang akan diterbangi, yang jelas belum bisa kami publikasikan. Nanti, kalau sudah ada pesawatnya akan kami umumkan rute itu," ungkapnya.
Edward menambahkan penerbangan rute Jakarta-Jeddah ditempuh selama 9 jam 30 menit dengan jadwal keberangkatan dari Jakarta pukul 07.30 (JT 110) dan tiba di Jeddah pukul 13.00 waktu setempat. (hendra.wibawa@bisnis.co.id)
Oleh Hendra Wibawa
Bisnis Indonesia
Lion Air bidik rute Asia Timur
Armada berbadan lebar akan ditambah
JAKARTA: Maskapai Lion Air membidik rute ke Korea dan China yang akan diterbangi paling cepat Juni tahun depan dengan mengoperasikan pesawat berbadan lebar.
Direktur Umum PT Lion Mentari Airlines Edward Sirait mengatakan rencana itu merupakan bagian dari ekspansi penerbangan internasional ke negara-negara Timur Jauh. "Kami sedang pelajari ukuran pasar destinasi China dan Korea," katanya kemarin.
Menurut dia, sejumlah kota di negara Timur Jauh masuk dalam daftar rute yang akan diterbangi langsung oleh Lion Air, seperti Seoul, Korea Selatan, dan beberapa kota di China.
Maskapai swasta terbesar itu juga mempertimbangkan pemesanan pesawat berbadan lebar untuk mendukung ekspansi ke sejumlah negara di Timur Jauh. "Jenis pesawat bergantung pada pasarnya. Kami mempertimbangkan pesawat berkapasitas 300-an penumpang jika pesawat Boeing 747-400 yang sudah ada terlalu besar," ujarnya.
Lion Air telah mengoperasikan dua pesawat Boeing 747-400 untuk menerbangi rute Jakarta-Jeddah, Arab Saudi, dua kali per minggu mulai 7 November lalu. "Tingkat isian pesawat rute itu masih fluktuatif, baru akan meningkat pada Maret setelah prosesi haji selesai."
Edward mengatakan pihaknya belum menentukan jenis pesawat berbadan lebar yang akan dipesan karena kajian mengenai pembukaan rute baru ke Korea dan China belum tuntas.
Namun, dia tidak menolak ketika disebutkan pihaknya tertarik dengan pesawat Boeing 777-200ER dan Airbus A330-300. "Kami masih mempelajari pasarnya, saat ini belum sampai pada kesimpulan soal jenis pesawatnya," tegas Edward.
Pasar menjanjikan
Dia menilai penerbangan ke Timur Jauh masih menjanjikan karena pertumbuhan ekonomi di kawasan itu tetap tinggi meski krisis finansial melanda hampir semua negara.
Edward juga mengutarakan rencana menambah minimal satu pesawat berbadan lebar untuk mendukung operasional penerbangan rute Jakarta-Jeddah.
Rencananya, Lion Air akan menerbangi rute Jeddah tujuh kali per minggu dari saat ini hanya dua kali per minggu. Rencanya itu dimungkinkan karena izin rute (landing permit) dari Kerajaan Arab Saudi sebanyak ini tujuh kali per minggu.
Selain pebisnis, sasaran konsumen di rute ini termasuk umrah dan tenaga kerja Indonesia. "Memang kini cukup dengan dua pesawat tetapi lebih bagus ada tambahan satu pesawat lagi," katanya.
Dia mengungkapkan dua pesawat B747-400 untuk melayani rute Jakarta-Jeddah registrasi PK-LHF dan PK-LHG berkapasitas masing-masing 506 tempat duduk dengan komposisi 22 kelas bisnis dan 484 ekonomi.
Lion Air juga berencana membuka satu rute lagi ke negara di Timur Tengah, setelah penerbangan Jakarta-Jeddah berjalan sesuai dengan rencana. Rute baru itu diharapkan terwujud paling lambat dalam setahun ke depan.
"Pasar penerbangan di Timur Tengah sekurangnya hingga 7 tahun ke depan masih akan bergairah. Selain karena bisnis yang tumbuh, Timur Tengah juga merupakan hub [pengumpul/pusat penerbangan], jadi penumpang bisa dengan mudah melanjutkan perjalanan, misalnya ke Eropa," katanya belum lama ini.
Dia menuturkan Lion Air akan menambah armada pesawat untuk melayani rute baru tersebut.
"Pesawat jelas akan ditambah. Jumlahnya bergantung pada rute yang akan diterbangi, yang jelas belum bisa kami publikasikan. Nanti, kalau sudah ada pesawatnya akan kami umumkan rute itu," ungkapnya.
Edward menambahkan penerbangan rute Jakarta-Jeddah ditempuh selama 9 jam 30 menit dengan jadwal keberangkatan dari Jakarta pukul 07.30 (JT 110) dan tiba di Jeddah pukul 13.00 waktu setempat. (hendra.wibawa@bisnis.co.id)
Oleh Hendra Wibawa
Bisnis Indonesia
Al-Watania, Lion Air’s inaugural flights arrive
Arab News
JEDDAH: King Abdulaziz International Airport (KAIA) received the inaugural flight of Lion Air of Indonesia and Al-Watania of Kuwait, according to reports over the weekend.
Lion Air had 496 passengers on board arriving from Jakarta. The airline will be flying three times a week to Jeddah from Jakarta.
Expressing his pleasure over the inaugural landings, the airport’s director, Mazen Khashoggi, said: “Such developments at KAIA are part of the strategic growth plan set to meet the required passenger capacity and growing demand.”
KAIA accommodates the needs of three national airlines and 60 foreign airlines, offering the highest levels of technical support and security measures for the aviation industry. The airport currently handles up to 18 million passengers a year and is expanding its capacity and capabilities including new terminals to serve the anticipated increase of pilgrims, as well as tourists and business travelers both from within the Kingdom and overseas. Lion Mentari Airlines (operating as Lion Air) is Indonesia’s largest private carrier and Asia’s first hybrid carrier, which offers both Economy and Business class seating, based in Jakarta.
It operates scheduled passenger services on an extensive domestic network from Jakarta and also flies to certain Far East destinations. “Our flight to Jeddah is the first step of our launch toward the Middle East,” Ahmed Hassan, Lion Air’s director-general said.
Abdul Salam Al-Bahr, CEO of Al-Wataniya Airways, said the carrier, which caters to the business community, aimed to provide exceptional services between Kuwait and Jeddah in a two-class configuration — First and Economy.
JEDDAH: King Abdulaziz International Airport (KAIA) received the inaugural flight of Lion Air of Indonesia and Al-Watania of Kuwait, according to reports over the weekend.
Lion Air had 496 passengers on board arriving from Jakarta. The airline will be flying three times a week to Jeddah from Jakarta.
Expressing his pleasure over the inaugural landings, the airport’s director, Mazen Khashoggi, said: “Such developments at KAIA are part of the strategic growth plan set to meet the required passenger capacity and growing demand.”
KAIA accommodates the needs of three national airlines and 60 foreign airlines, offering the highest levels of technical support and security measures for the aviation industry. The airport currently handles up to 18 million passengers a year and is expanding its capacity and capabilities including new terminals to serve the anticipated increase of pilgrims, as well as tourists and business travelers both from within the Kingdom and overseas. Lion Mentari Airlines (operating as Lion Air) is Indonesia’s largest private carrier and Asia’s first hybrid carrier, which offers both Economy and Business class seating, based in Jakarta.
It operates scheduled passenger services on an extensive domestic network from Jakarta and also flies to certain Far East destinations. “Our flight to Jeddah is the first step of our launch toward the Middle East,” Ahmed Hassan, Lion Air’s director-general said.
Abdul Salam Al-Bahr, CEO of Al-Wataniya Airways, said the carrier, which caters to the business community, aimed to provide exceptional services between Kuwait and Jeddah in a two-class configuration — First and Economy.
Indonesia's Lion Air to order 10-15 widebodies
By Leithen Francis
DATE:23/11/09
SOURCE:Air Transport Intelligence news
Indonesia's largest privately-owned carrier Lion Air plans to place an order for widebodies and wants first deliveries in 2011.
Lion plans to order 10-15 widebodies and is interested in Airbus A330-300s and Boeing 777-200ERs, says Lion Air president Rusdi Kirana.
The carrier wants first deliveries in 2011 and plans to use the aircraft in the day on busy domestic trunk routes and fly the aircraft at night to destinations in Asia, he says.
They aim to make a decision by the first quarter of next year, he adds.
Indonesian carriers are unable to operate domestically at night because of airport curfews. Rusdi says, for example, that Lion Air could operate a widebody at night from Bali Denpasar to Taipei and have passengers arrive in Bali in the morning.
He says Lion plans to have the widebodies in an all-economy configuration and compete on price.
Rusdi also says Indonesia has plenty of traffic rights available because at the moment "its only Garuda flying internationally" on longer routes.
Lion can succeed on longer international routes because it has the feeder traffic, he adds.
Earlier this month Lion launched services on the Jakarta-Jeddah route using two second-hand Boeing 747-400s that it bought.
Rusdi says its passenger load factor on the route is 90-100%.
Lion's main fleet comprises of 26 Boeing 737-900ERs and it is adding one a month and plans to have a total of 30 by year-end, says Rusdi.
In addition, it has five Boeing MD-80s but these are used as stand-by aircraft and will be phased out mid next year, he says.
Lion has also signed a firm order for 15 ATR 72-500s with the first three aircraft due to arrive in December although an exact date has yet to be set, he adds.
DATE:23/11/09
SOURCE:Air Transport Intelligence news
Indonesia's largest privately-owned carrier Lion Air plans to place an order for widebodies and wants first deliveries in 2011.
Lion plans to order 10-15 widebodies and is interested in Airbus A330-300s and Boeing 777-200ERs, says Lion Air president Rusdi Kirana.
The carrier wants first deliveries in 2011 and plans to use the aircraft in the day on busy domestic trunk routes and fly the aircraft at night to destinations in Asia, he says.
They aim to make a decision by the first quarter of next year, he adds.
Indonesian carriers are unable to operate domestically at night because of airport curfews. Rusdi says, for example, that Lion Air could operate a widebody at night from Bali Denpasar to Taipei and have passengers arrive in Bali in the morning.
He says Lion plans to have the widebodies in an all-economy configuration and compete on price.
Rusdi also says Indonesia has plenty of traffic rights available because at the moment "its only Garuda flying internationally" on longer routes.
Lion can succeed on longer international routes because it has the feeder traffic, he adds.
Earlier this month Lion launched services on the Jakarta-Jeddah route using two second-hand Boeing 747-400s that it bought.
Rusdi says its passenger load factor on the route is 90-100%.
Lion's main fleet comprises of 26 Boeing 737-900ERs and it is adding one a month and plans to have a total of 30 by year-end, says Rusdi.
In addition, it has five Boeing MD-80s but these are used as stand-by aircraft and will be phased out mid next year, he says.
Lion has also signed a firm order for 15 ATR 72-500s with the first three aircraft due to arrive in December although an exact date has yet to be set, he adds.
Langganan:
Postingan (Atom)